Skip to main content

Tidak Terlihat tapi Terasa...

Dewasa ini, banyak orang di usia akhir masa remaja hingga pertengahan 30 tahunan mengalami gangguan panik. Awalnya dianggap sepele, namun ternyata bisa berdampak negatif untuk pengembangan diri dan interaksi dengan orang disekitarnya, Ternyata, peremuan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengembangkan gangguan panik ini. Gangguan panik ini tidak hanya sekedar gangguan yang sifatnya temporer, tapi bisa jadi permanen apabila tidak disembuhkan. Gangguan panik ini dalam medical terms dikenal sebagai Anxiety Disorder. 
\
Salah satu blog yang saya baca, menyebutkan bahwa salah satu gejala terbesar dari penyakit psikis ini adalah rasa takut yang persisten akan adanya serangan berikutnya, atau rasa cemas (misalnya, takut kehilangan akal atau menjadi gila, terkena serangan jantung, bahkan takut mati). Salah satu dampak buruk lainnya adalah, penderita takut berada di keramaian dan lebih cenderung memilih di rumah, sebisa mungkin menghindari mobilitas di luar rumah karena takut terkena serangan lagi.
Rasa sesak yang dirasa sebenarnya hanyalah "Sensasi sesak" namun dirasakan sepanjang hari. Keadaan ini diperparah dengan kondisi mental dan psikis yang sedang tidak stabil, sehingga mengalami stress, membuat pola hidup menjadi agak tidak teratur, dan membuat kondisi fisik juga ikutan drop. Alhasil, konsumsi vitamin dan mineral ke dalam tubuh tidak terserap dengan baik. Penderita tidak hanya stress secara psikis, tapi tubuh juga tidak mengalami metabolisme dengan baik (berat badan susah naik).
Kalau sudah mengalami gejala berikut, seperti detak jantung yang seketika berdetak sangat cepat, rasa sakit dan nyeri di dada yang tidak tertahankan (seperti sakit jantung), sesak napas, keringat dingin, gangguan tidur, tubuh gemetar (khususnya tangan kanan dan kaki kanan seperti mengalami tremor), dan sering migrain, anda harus mulai menggali diri sendir. Mencari sumber masalah, dan menyelesaikannya dengan tuntas.
Bagaimana cara mengobatinya?
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress dan muncul kecemasan. Namun, kecemasan dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV, ada beberapa kategori gangguan kecemasan salah satunya gangguan stress pasca traumatic, gangguang kecemasan tergenarilisasikan, akut dan kecemasan yang tidak terdefinisi.
Kecemasan ini bisa berupa kecemasan akan apapun yang terjadi di masa depan, cemas akan kegagalan, dan sebagainya. Kalau anda naik pesawat, dan selalu merasa tidak tenang setiap kali akan take off, mulailah belajar mengendalikan diri sebelum rasa panik menyelimuti anda.
Untuk mengobati ini, butuh waktu yang cukup lama, apalagi jika sudah mengalami ini berbulan-bulan, antara lain bisa menerapkan pendekatan psikologis psikodinamika, yakni menyadarkan bahwa kecemasan pasien adalah simbolisasi dari konflik dalam diri mereka sendiri. Bisa juga pendekatan biologis, seperti menggunakan variasi obat-obatan untuk mengatasi kecemasan yang datang tiba-tiba (tapi jangan teralu lama mengkonsumsi obat, bahaya untuk ginjal).Salah satu metode lainnya, mungkin bisa ditempuh dengan pendekatan rohani dan spiritual. Sebagai muslim, membaca Al-fatihah, Al-Falaq, Al-Ikhlas, An-Nas. Pada dasarnya Al-qur'an bisa dipakai sebagai metode penyembuhan, mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa, berdzikir sepanjang hari saat mengalami rasa panik dan detak jantung yang tiba-tiba berdeta kencang.
Pada intinya, penyakit mental atau psikis semacam ini tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, tapi bagaimana pasien mampu mencari arti kebahagiaan dan menciptakan kebahagiaan itu sendiri, bahwa masih banyak yang perlu disyukuri dalam hidup ini.

Comments

  1. asik ini kalo pembahasan panik dan cemas ini diterusin lho Kak... ^^,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Campus Life be Like

Time flies so fast. Really. Ternyata sudah hampir dua bulan aku melewati salah satu fase baru di hidup (ciyeeee as if newly couple ), maksudnya my master study life in Wageningen, desa sepi nan indah di Belanda ( trust me,  gak bakal ada turis dari Indonesia yang intenationally  kesini kalau bukan punya temen, saudara, atau kerabat yang tinggal di desa ini).  Well, sebelum semakin larut dan makin banyak jurnal yang dianggurin (gatel pengen nulis sekarang, anaknya ga sabaran, mumpung jam 12 malem jadi ga merasa berdosa). I'll make this story started now. Aku mungkin harus cerita lebih dulu tentang kota ini, eh maksudnya desa ini, dan segala isinya, supaya yang baca bisa sedikit membayangkan.  1. Apa dan Dimana Wageningen, Wageningen University and Research itu? Wageningen hanyalah kota kecil yang terletak di provinsi Gelderland, Belanda. Jumlah populasinya hanya sekitar 39.000 penduduk saja (populasi Garut masih 5x lebih banyak dari ini,  https://en.wikipedia.org/wiki/Garu

Satu lagi Mimpi..

Rabu, 9 September 2015  jadi salah satu hari bersejarah untuk beberapa mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), tapi tidak untuk saya. Ya, hari kelulusan pun tiba. Setelah empat tahun menjadi mahasiswa, melewati fase yang menurut orang-orang adalah gerbang penentu kesuksesan di masa depan, akhirnya semua berakhir, tapi lagi-lagi tidak untuk saya. Sejak pertama kali memasuki bangku kuliah, wisuda bukan jadi sesuatu yang penting bagi saya, hanya sebatas ceremonial. Tapi, hari itu saya sadar mengapa orang-orang begitu menunggu momen ini. Wisuda, mungkin bukan apa-apa, tapi jadi hadiah spesial untuk keluarga dan sahabat terdekat. Euphoria nya terasa lebih mendalam ketika dihadiri dan disaksikan oleh mereka, yang rela menyempatkan waktu untuk melihat kita sesekali berbusana rapi, mengenakan toga, dan bahkan memberikan buket bunga dan boneka sebagai kenang-kenangan. Disaat semua orang menikmati kebahagiaan itu, ada rasa takut yang semakin besar menghantui pikiran saya. Rasa takut tida